Sabtu, 03 Januari 2015

Berkunjung ke Kampung Kapitan


Kampung Kapitan. Sebuah kampung yang ada di kawasan 7 Ulu Palembang. Senangnya, bila pada hari Kamis, 1 Januari 2015 lalu, saya bersama putri kesayangan, Fafa dan adik bungsu saya, Dian bisa berkunjung ke sana. Sebelumnya sempat salah lorong hingga sampai di Dermaga 7 Ulu, tapi usai bertanya dengan penduduk setempat, diketahui bahwa lorong sebelumnya yang harusnya dilalui.

Tak perlu waktu lama, tak jauh dari pangkal Jembatan Ampera dari sebelah ulu itu, kami pun menemui kawasan yang dimaksud. Sama, masih sama seperti proses kajian literatur yang sempat saya lakukan dulu untuk keperluan tesis. Namun memang, sebagai warga Palembang, jelas kondisi Kampung Kapitan saat ini sangat memprihatinkan. Tak terawat, hampir roboh. Taman yang ada di bagian tengah kampung itu saja yang menunjukkan tempat ini sempat diperhatikan namun kini tampak terlupakan.

Jumat, 02 Januari 2015

Mengagumi Al Quran Al Akbar


Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengagumi Kota Palembang, salah satunya dengan mengagumi Al Quran Al Akbar yang juga merupakan Al Quran Kayu Ukiran Khas Palembang. Dan untuk hal ini, tak ada kata terlambat untuk mengunjungi langsung tempat dimana Al-Quran itu dipamerkan.

Minggu, 28 Desember 2014 menjadi hari luar biasa untuk mewujudkan itu. Usai sebelumnya berkunjung ke Masjid Muhammad Cheng Hoo dan menikmati makan siang di Pindang Pegagan “Adenia”, saya sekeluargapun menuju ke arah Gandus. Lebih luar biasa lagi karena kami sekeluarga belum pernah ke sini. Keterangan tempat di mana Al Quran Al Akbar ini berada sendiri diperoleh dari teman-teman BBM dengan sengaja membuat status “Dimana letaknya Al Quran raksasa di Palembang yoo?”

Kamis, 01 Januari 2015

Masjid Muhammad Cheng Hoo di Palembang


Sudah lama ingin ke masjid ini tapi belum kesampaian juga. Sampai akhirnya pada hari Minggu, 28 Desember 2014 lalu keinginan ini bisa terlaksana. Tak hanya sendirian, tapi seluruh keluarga besar ikut serta dalam kunjungan religi ini. Hee... Ya, berkunjung ke Masjid Muhammad Cheng Hoo yang ada di kawasan Jakabaring Palembang.

Nama Cheng Hoo sendiri sudah berseliweran di kepala saya sejak penelusuran sejarah bangsa Cina di Kota Palembang untuk keperluan penelitian tesis tahun 2012 lalu. Sebagaimana diketahui, Cheng Hoo menjadi salah satu penyebar agama Islam di nusantara, termasuk di Palembang. Hingga akhirnya tesis tersebut dibukukan, pemahaman tentang Cheng Hoo bagi perkembangan kota ini juga masuk ke dalamnya. Berikut ini kalimat yang dikutip dalam buku saya, buku Pempek Palembang; Mendeskripsikan Identitas Wong Kito Melalui Kuliner Lokal Kebanggaan Mereka (Anita, 2014:36) yang juga menuliskan tentang dugaan bahwa sesungguhnya nenek moyang orang Palembang adalah orang Cina yang “merantau” ke wilayah Palembang, yaitu:

Berenang di Hotel Aryaduta Palembang


Senin pagi yang cerah saat bbm dari alumni mahasiswa saya dulu di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Bina Darma masuk. “Mom, Cinta udah di Palembang. Mom bisa mampir ke Aryaduta dulu gak sebelum kerja hari ini?” ujar Cinta di hari bertanggal 29 Desember 2014 itu. Yups, saya mengiyakan. Saya memang memesan cream wajah yang hanya bisa diperoleh di Yogyakarta, tempat Cinta kini melanjutkan pendidikannya di Kajian Media dan Komunikasi Universitas Gadjah Mada.

Akhirnya saya datang berdua Fafa  ke sana dan langsung menuju resto hotel bintang empat yang ada di pusat Kota Palembang itu. Cukup 10 menit perjalanan dari rumah ke hotel. Laksana orang yang menginap di hotel, kami pun menikmati segala macam hidangan yang tersedia pagi itu. Tinggal sebut, “Kamar 1601”, saya dan Fafa pun ngobrol dengan Cinta sembari bolak-balik mengambil makanan dan minuman.